Masifnya teknologi informasi berkorelasi positif terhadap maraknya informasi hoaks yang hadir ditengah-tengah masyarakat. Informasi hoaks menyebar dengan cepat dikarenakan disebabkan minimal oleh 4 hal: rendahnya literasi digital dan kemampuan berpikir kritis, malas melakukan pengecekan kebenaran fakta yang ada, terjadinya polarisasi masyarakat, dan belum cakapnya sumber informasi. Demikian salah satu isi FGD Masuknya Materi Periksa Fakta dan Literasi Media Pada Materi Pengajaran di Sekolah yang diselenggarakan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) bekerjasama dengan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliasni Jurnalis Independen (AJI), Selasa, 5 Juni 2022 di Hotel Harris & Convention Surabaya.
Hadir perwakilan Dewan Pendidikan Jawa Timur (DP JATIM), Muhammad Yunus, dalam acara yang dihadiri oleh unsur pendidik, praktisi pendidikan, dan perwakilan pelajar. Dalam kesempatan yang baik ini, Yunus, yang juga Dosen Universitas Islam Malang (Unisma) turut menyumbangkan insight bahwa era post truth adalah era memenangkan informasi. Siapa yang lebih masif dalam penyediaan informasi maka itulah yang akan menjadi kebenaran ditengah-tengah masyarakat. Jika disinformasi dan malinformasi lebih dominan maka dipastikan akan menjadi kebenaran di masyarakat. Olehnya, kehadiran informasi positif yang valid sesuai fakta sangat dibutuhkan.
Dalam kesempatan ini juga, Yunus, menyampaikan tesis yang disampaikan oleh Yudi Latif, seorang pakar sosiologi, yang mengatakan bahwa terjadinya hoaks disebabkan oleh kondisi masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan rendah (low-trust society), tingkat literasi rendah (low-literacy society),dan tingkat ilmiah yang rendah (low-scientific society). Salah satu solusi yang bisa diikhtiarkan adalah penguatan literasi malalui mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia karena mapel ini memiliki elemen membaca dengan deskripsi “Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya.” Tegas Yunus.